Subhanallah ! Belajar Ilmu Padi, Semakin Berisi Semakin Merunduk
Saat penulis masih duduk di bangku kuliyah semester satu ( 1 ) ,di tengah-tengah penyampaian materi kuliah, dosen pendidikan agama islam memberikan sebuah filosofi yang begitu membekas di hati penulis dan masih terus penulis ingat hingga hari ini.
Beliau berkata, “Dalam pendidikan yang paling penting bukan nilai. Nilai itu bukan ukuran mutlak, karena masih ada aspek-aspek lain yang lebih penting dari sekedar itu. Misalkan kita mendapat nilai A,B, C, D, E bahkan K, itu tidak masalah. Yang terpenting adalah wawasan dan pengetahuan kita. Karena itu semua adalah proses, dan dalam proses tidak selalu harus mulus. Semakin sering kita jatuh maka semakin kita punya mental yang kuat, sehingga kita sudah siap untuk jatuh bangun.”
Beliau juga mengatakan, “Dalam dunia pendidikan tidak ada istilah pintar. Yang ada hanyalah tau lebih dulu. Jadi dosen yang sekarang berdiri tidak dikatakan lebih pintar, tapi ia hanya lebih dulu tahu, karena dia lebih dulu lahir. Jadi jangan pernah merasa pintar. Ketika sudah merasa pintar, maka seseorang tidak mau lagi belajar, seseorang akan berhenti mencari dan itu sangat membahayakan."
Bukankah bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan diwajibkan menuntut ilmu?, sebagaimana sabda Nabi, “Menuntut Ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah).” (HR. Ibnu Majah).
Kewajiban menuntut ilmu tak mengenal batas usia, selama hayat masih dikandung badan kita harus senantiasa menuntut ilmu. Jika kita berhenti belajar maka kita akan tertinggal jauh dari orang-orang yang berperadaban maju. Dan bagi orang-orang yang terus menuntut ilmu dan mengajarkannya maka ilmu itu akan semakin bertambah.
Semakin banyak ilmu yang kita dapat sudah seharusnya semakin rendah hati dan bijaksanalah kita dalam menghadapi hidup ini. Seperti ungkapan dalam sebuah peribahasa, “Seperti ilmu padi, makin berisi makin merunduk.”Orang yang memiliki pengetahuan banyak biasanya rendah hati dan tidak sombong. Selain itu ia hanya akan bicara disaat yang tepat. Ia tahu betul kapan saatnya bicara dan kapan saatnya diam dan mendengarkan. Ia akan angkat bicara jika memang itu kapasitasnya, dan ia akan diam jika itu bukan kapasitasnya untuk berbicara.
Berbeda dengan orang yang banyak bicara, biasanya pengetahuan yang ia punya hanya sedikit. Sebagaimana ungkapan dalam peribahasa, “Air beriak tanda tak dalam. “
Kemudian beliau kembali berkata, “ Ketika ada begitu banyak persoalan yang menuntut untuk dikerjakan maka kita tidak pantas mengeluh, justru adrenalin kita akan semakin tertantang ketika kita ditekan sedemikian rupa. Di saat keadaan ditekan itulah muncul potensi pemberani yang memang sudah ada di diri manusia.
Misalkan kita dikejar anjing, maka pada saat itu kita entah bagaimana bisa berlari kencang. Padahal sebelumnya kita tidak mampu. Jadi jangan takut ketika mendapat tantangan dan pekerjaan yang rumit. “
dari saudara ahmad hidayatullah juga mengatakan hal yang hampir serupa , beliau mengatakan " dalam hal ilmu itu ada hal yang dimana ilmu itu akan membawa manusia untuk menjadi orang yang terpandang dilingkungan masyarakat, bahkan bisa membawa manusia itu menjadi sombong akan ilmunya sendiri sehingga ia enggan untuk mencari ilmu tambahan dengan alasan merasa bahwa ilmu yang dia miliki sudah melebihi dari kata cukup , dan itu bisa membuat manusia jatuh dalam kekufuran . Tapi dalam hal ilmu ada hal yang harus kita terapkan dan bahkan bisa di jadikan sebuah contoh atau pijakan hidup , yakni ilmu padi ."
Betapa indahnya jika kita bisa seperti ilmu padi, semakin bertambah ilmu yang kita miliki semakin rendah hatilah kita. Kita tak perlu memamerkan apa yang kita punya. Tak berharap pujian atau sorak sorai serta decak kagum atas kemampuan yang kita miliki. Hanya terus belajar dan belajar agar hati semakin bijaksana dan wawasan semakin luas. Dengan terus belajar juga kita sebenarnya sedang membangun keyakinan agar semakin hari semakin kokoh sehingga tak mudah terombang-ambing dalam menghadapi tantangan perubahan zaman yang setiap hari semakin aneh .
Daftar Pustaka :
Almath, Faiz. (2004). 1100 Hadits Terpilih, Cet.Ke-20, (Jakarta: Gema Insani).
Tofani, Abi dan Krisna Ari Mukti. (2000). Sari kata Bahasa Indonesia Lengkap, (Surabaya: Amanah).
[1] Faiz Almath, 1100 Hadits Terpilih, Cet.Ke-20, (Jakarta: Gema Insani,2004), hal. 207.
[2] Abi Tofani dan Krisna Ari Mukti, Sari kata Bahasa Indonesia Lengkap, (Surabaya: Amanah, 2000),hal.123.
[3] Ibid., hal. 111.
Tofani, Abi dan Krisna Ari Mukti. (2000). Sari kata Bahasa Indonesia Lengkap, (Surabaya: Amanah).
[1] Faiz Almath, 1100 Hadits Terpilih, Cet.Ke-20, (Jakarta: Gema Insani,2004), hal. 207.
[2] Abi Tofani dan Krisna Ari Mukti, Sari kata Bahasa Indonesia Lengkap, (Surabaya: Amanah, 2000),hal.123.
[3] Ibid., hal. 111.
Alhamdulillah terimakasih ilmunya sangat bermanfaat,,tapi terkadang knp ya saya malas dlm menuntut ilmu,mhon bantuannya admin
BalasHapusSebnarnya kalo rasa malas bukan hanya ukhti yang merasakan. Mungkin semua orang merasakan hal yang sama, karena itu adalah godaanya, tetapi jika kita mampu mengatasi hal tersebut maka pastikan hadiah besar yang akan kita raih. Baik itu kita menuntut ilmu di bidang agama, sosial, keguruan dll. Untuk mengatasinya adalah pastikan kita mempunyai target dalam hidup kita, dengan demikian kita pasti akan merasa bagaimanapun caranya saya harus bisa. Mungkin akan terkesan sedikit memaksakan diri. Namun saya rasa memaksakan diri dalam mencari ilmu itu bukanlah hal buruk akan tetapi pasti akan berujung membahagiakan.
HapusWallahu'alam
Alhamdulillah terimakasih ilmunya sangat bermanfaat,,tapi terkadang knp ya saya malas dlm menuntut ilmu,mhon bantuannya admin
BalasHapusAlhamdulillah terimakasih ilmunya sangat bermanfaat,,tapi terkadang knp ya saya malas dlm menuntut ilmu,mhon bantuannya admin
BalasHapus