catatan Calon Mayat Faqir Ilmu
Jodoh
Terkadang kita terlalu
sibuk mencari jodoh yang kita idam-idamkan,
Terkadang kita juga lebih sibuk memikirkan siapa jodoh kita,
Terlalu fokus mencari cari sampai lupa memperbaiki diri…
Padahal…
Kita tidak tau siapakah yang lebih dulu datang menjemput.
Apakah jodoh, ataukah maut…
Benar, tidaklah salah jika kita memikirkan jodoh kita nanti,
Tidaklah salah jika kita mencari siapa jodoh kita nanti,
Namun ada baiknya kita seimbangkan sahabat, dunia wal akhirat.
Terkadang kita juga lebih sibuk memikirkan siapa jodoh kita,
Terlalu fokus mencari cari sampai lupa memperbaiki diri…
Padahal…
Kita tidak tau siapakah yang lebih dulu datang menjemput.
Apakah jodoh, ataukah maut…
Benar, tidaklah salah jika kita memikirkan jodoh kita nanti,
Tidaklah salah jika kita mencari siapa jodoh kita nanti,
Namun ada baiknya kita seimbangkan sahabat, dunia wal akhirat.
Jodoh adalah cerminan
diri, “seperti apa diri ku seperti itulah jodoh untuk ku”.
Lantas terkadang kita lupa dengan MATI yang kedatangannya PASTI.
Lupa mempersiapkan bekal jika jika di panggil Allah kini,
Lupa kalau mati tidak mengenal usia; muda, tua jika Allah panggil untuk pulang, maka kita akan kembali detik itu juga.
Karena itu sibuklah memperbaiki diri, insya Allah akan Allah kirimkan pula yang memperbaiki diri untuk kita,
Sibuklah bermuhasabah, karena jodoh sudah di atur oleh Allah.
Lantas terkadang kita lupa dengan MATI yang kedatangannya PASTI.
Lupa mempersiapkan bekal jika jika di panggil Allah kini,
Lupa kalau mati tidak mengenal usia; muda, tua jika Allah panggil untuk pulang, maka kita akan kembali detik itu juga.
Karena itu sibuklah memperbaiki diri, insya Allah akan Allah kirimkan pula yang memperbaiki diri untuk kita,
Sibuklah bermuhasabah, karena jodoh sudah di atur oleh Allah.
Sejauh apapun dua insan terpisahkan ribuan jarak, jika memang
sudah berjodoh maka akan Allah pertemukan, ini bukan tentang siapa cepat dia
dapat. Tetapi yang lebih dulu di pertemukan dengan jodoh yang tepat.
Jodoh perkara yang
amat populer menjadi pembahasan bagi para jomblo sedunia wkwkwkwk. Bagaimana
tidak, lihatlah setiap group Obrolan, kalo isinya jomblo pasti gak lepas dari
pembahasan tentang jodoh. ( pengalaman heheh ) 😁😁😁
Sebenarnya tidak
terlalu menjadi masalah membahas perkara jodoh, namun jangan sampai lupa untuk
memperbaiki diri. Jodoh di bahas tiap hari, tapi amal dan perbuatan tak kunjung
di perbaiki.
Bahas jodoh everyday, tetapi perbaiki diri malesday. Tiap hari
di sebut tuh si jodoh kaya dzikir aja . Sampe-sampe lupa dzikir ke Allah.
Jangan terlalu asyik membahas jodoh, tetapi lupa dengan adabmu
kepada Pemilik Jodoh.
Jangan terlalu sibuk
memikirkan perkara yang sudah jelas Allah tetapkan dan Allah tuliskan, setiap
mahluk manusia di ciptakan berpasangan, setiap yang jomblo pasti memiliki jodoh
yang Allah takdirkan.
Allah SWT berfirman:
وَاَنَّهٗ خَلَقَ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالْاُنْثٰى.
"dan sesungguhnya Dialah yang menciptakan
pasangan laki-laki dan perempuan,"
(QS. An-Najm 53:45)
Kurang-kurangi bahas
jodohnya, mari perbaiki diri menjadi baik, agar kelak Allah pertemukan pula
dengan jodoh yang baik.
Jodoh tidak akan
kemana, meskipun sekarang tak tau entah dimana.
Semoga Bermanfaat.
@ukhtiassuramiarrasyid
Berkaitan dengan jodoh terkadang orang selalu menafsirkan jodoh itu hanya denngan sosok pangeran atau bidadari duania yang menjadi pendamping hidup saja, kadang mereka lupa bahwasannya mati, kekayaan, kesehatan, juga termasuk dalam kategori jodoh. kita semua pasti pernah dengar istilah " mungkin belum jodoh " contoh yang sering terjadi adalah:
Ilham : kemaren saya ketinggalan seleksi, padahal itu adalah selesi penting buat saya, karna dengan seleksi itu ada harapan saya bisa bekerja di perusahaan tersebut, namun sayang saya malah melewakan momen tersebut.
Susan : sabar, mungkin saat ini kamu belum berjodoh, bisaaja minggu yang akan datang kamu berjodoh dengan perusahaan itu bukan !.
Ilham : ia kamu benar mungkin saat ini " belum jodoh" saya.
Nah kalimat ini juga sama termasuk jodoh pula, namun memang tidak salah ketika seseorang menafsirkan jodoh itu sebagai calon suami/istri, karna itupun termasuk kategori jodoh.
sahabat yang dimulyakan Allah terkadang manusia suka takut dalam menjemput pasangan hidupnya, dimulai dari rasa takut akan tak mampu untuk menafkahi sampai takut akan tak mampu memenuhi permintaan dari ibu/ayah sang istri. Dalam perihal rizki patutlah kita tau dan tak patut kita takut karna Allah sendiri telah menjamin semua itu dari jauh hari. Allah ta'ala berfirman
“.... dan tidak satu pun makhluk bergerak di bumi melainkan dijamin Allah rezekinya” (Surah Hud, ayat 6)
"Aduh aku takut ketika aku habis nikah rizkiku makin sumpit aja , beban fikiran makin nambah , penghasilan sampe sekarang gini-gini aja gak ada nambah nambahnya ". tenang perihal ini memang membuat semua kalangan terpanik namun ingat allah itu gak akan membiarkan makhluknya begitu saja. Rezeki kita sudah diatur
dan sudah ditentukan. Kita tetap berikhtiar. Namun tetap ketentuan rezeki kita
sudah ada yang mengatur. So, tak perlu khawatir akan rezeki.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كَتَبَ اللَّهُ
مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ
بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun
sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim no. 2653, dari
‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash)
Dalam hadits lainnya
disebutkan,
إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ
اللَّهُ الْقَلَمَ فَقَالَ اكْتُبْ. فَقَالَ مَا أَكْتُبُ قَالَ اكْتُبِ الْقَدَرَ
مَا كَانَ وَمَا هُوَ كَائِنٌ إِلَى الأَبَدِ
“Sesungguhnya awal yang Allah ciptakan (setelah ‘arsy, air dan
angin) adalah qalam (pena), kemudian Allah berfirman, “Tulislah”. Pena berkata,
“Apa yang harus aku tulis”. Allah berfirman, “Tulislah takdir berbagai kejadian
dan yang terjadi selamanya.” (HR. Tirmidzi no. 2155. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Ibnul Qayyim berkata,
“Fokuskanlah pikiranmu
untuk memikirkan apapun yang diperintahkan Allah kepadamu. Jangan
menyibukkannya dengan rezeki yang sudah dijamin untukmu. Karena rezeki dan ajal
adalah dua hal yang sudah dijamin, selama masih ada sisa ajal, rezeki pasti
datang. Jika Allah -dengan hikmahNya- berkehendak menutup salah satu jalan
rezekimu, Dia pasti –dengan rahmatNya- membukan jalan lain yang lebih
bermanfaat bagimu.
Renungkanlah keadaan
janin, makanan datang kepadanya, berupa darah dari satu jalan, yaitu pusar.
Lalu ketika dia keluar
dari perut ibunya dan terputus jalan rezeki itu, Allah membuka untuknya DUA
jalan rezeki yang lain [yakni dua puting susu ibunya], dan Allah mengalirkan
untuknya di dua jalan itu; rezeki yang lebih baik dan lebih lezat dari rezeki
yang pertama, itulah rezeki susu murni yang lezat.
Lalu ketika masa menyusui
habis, dan terputus dua jalan rezeki itu dengan sapihan, Allah membuka empat jalan rezeki lain yang lebih sempurna dari yang sebelumnya; yaitu dua makanan
dan dua minuman. Dua makanan = dari hewan dan tumbuhan. Dan dua minuman = dari
air dan susu serta segala manfaat dan kelezatan yang ditambahkan kepadanya.
Lalu ketika dia
meninggal, terputuslah empat jalan rezeki ini, Namun Allah –Ta’ala- membuka
baginya -jika dia hamba yang beruntung- delapan jalan rezeki, itulah
pintu-pintu surga yang berjumlah delapan, dia boleh masuk surga dari mana saja
dia kehendaki.
Dan begitulah Allah
Ta’ala, Dia tidak menghalangi hamba-Nya untuk mendapatkan sesuatu, kecuali dia
berikan sesuatu yang lebih afdhol dan lebih bermanfaat baginya. Dan itu tidak
diberikan kepada selain orang mukmin, karenanya Dia menghalanginya dari bagian
yang rendahan dan murah, dan Dia tidak rela hal tersebut untuknya, untuk
memberinya bagian yang mulia dan berharga.” (Al Fawaid, hal. 94,
terbitan Maktabah Ar Rusyd, tahqiq: Salim bin ‘Ied Al Hilali)
Ingatlah, rezeki selain
sudah diatur, juga sudah dibagi dengan adil.
Allah Ta’ala berfirman:
وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ
الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا
يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ
“Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya
tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa
yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan)
hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syuraa: 27)
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Allah memberi rizki
pada mereka sesuai dengan pilihan-Nya dan Allah selalu melihat manakah yang
maslahat untuk mereka. Allah tentu yang lebih mengetahui manakah yang terbaik
untuk mereka. Allah-lah yang memberikan kekayaan bagi mereka yang Dia nilai
pantas menerimanya. Dan Allah-lah yang memberikan kefakiran bagi mereka yang
Dia nilai pantas menerimanya.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim,
6: 553)
Komentar
Posting Komentar
silahakn berikan tangggapannya